|
[Home] [Isa (Yesus Kristus)] [Alkitab] [Arkeologi Kitab Suci] [Kreasi] [Sorga] [Multimedia] [Other] |
|
|
Dalam Injil (Perjanjian Baru pada Bible) diberitakan tentang penyaliban, kematian dan kebangkitan Hazrat Isa (Yesus) yakni dalam Kitab Matius 27:32, 28:8, Kisah Para Rasul 2:22-24 dan Roma 5:6-8. Lagipula ada fakta lain yang mendukung kejadian tersebut yang telah merubah dunia.
Mereka adalah Pliny, Cornelius Tacitus, Thallus dan khususnya Josephus, seorang jendral Yahudi yang mengalahkan Roma dan menulis sejarah Yahudi untuk mereka:
Jawabannya terdapat dalam Filipi 2:6-7:
"...Bapa lebih besar dari pada Aku." (Yohanes 14:28) Dengan kata lain, Yesus memiliki dua hakekat; Dia manusia secara utuh dan Allah secara utuh! Allah tidak terbatas dalam keberadaan-Nya, namun oleh pilihan-Nya, Dia dapat memanifestasikan dirinya dalam cara yang terbatas untuk kebaikan manusia. Ini jugalah yang Dia lakukan ketika Dia berbicara kepada Musa dari semak belukar (Keluaran 3:4), Surah 28, Al Qasas, ayat 30). Tidak ada yang mustahil bagi Allah! Manifestasi dari matahari pada manusia terjadi melalui refleksi kecil pada retina mata. Bayangan ini memperlihatkan seluruh matahari sedangkan matahari sendiri tetap. Dalam cara yang sama Yesus memperlihatkan Allah sedangkan Allah tetap sama adanya.
Ahmed Deedat memberi komentar bahwa Yesus Kristus menolak diri-Nya mati di kayu salib dengan menunjukkan pada murid-murid-Nya bahwa Dia bukan hantu (Lukas 24:36-47). Deedat menunjuk pada 1 Korintus 15:35-44 dan menjelaskan setiap orang akan menerima tubuh spiritual ketika bangkit dari mati. Dengan kata lain orang tersebut tidak lagi memiliki daging dan tulang sebagaimana Yesus memilikinya. Deedat meneruskan: karena Yesus menolak diri-Nya sebagai hantu yang memiliki tubuh spiritual, berarti Yesus juga menolak bahwa Dia mati. (lihat Video berjudul, "Crucifixtion, Fact or Fiction?" (Kebangkitan, Fakta atau Fiksi?), yang mempertunjukkan debat antara Ahmed Deedat dengan Dr. Robert Douglas). Sebagaimana Dr.Douglas telah mengatakan dengan sangat jelas dalam debat tersebut, kata "spiritual" punya arti yang berbeda (Galatia 6:1), tergantung kepada konteks dari kalimatnya. Dalam 1 Korintus 15:35-44, yang oleh Ahmed Deedat digunakan sebagai acuan, menjelaskan kebangkitan umat manusia secara umum pada hari penghakiman. Ibrani 9:27 juga berbicara tentang hari penghakiman dengan mengatakan bahwa manusia harus mati sekali. Deedat mengutip bagian pertama dari ayat ini diluar konteks yang membawanya pada kesimpulan yang salah bahwa Lazarus tidak mati tapi hanya pingsan. Akan tetapi, teksnya (Yoh 11:17-44) mengatakan dengan tidak salah bahwa Lazarus telah berada dalam kubur selama empat hari! Dalam empat kesempatan lain (Lukas 7:11-15), Matius 9:18-26), Kisah Para Rasul 9:37-42; 20:9-12) berkata dengan sama jelasnya bahwa orang yang mengalami kebangkitan tubuh telah mati sebelumnya. Dalam semua kejadian tersebut, mujizat yang terjadi telah menyimpang dari realita kejadian yang biasanya. Umumnya, kebangkitan hanya terjadi satu kali dan orang tersebut akan menerima tubuh spiritual, tapi dalam kasus diatas, kejadiannya adalah sebelum hari penghakiman dan kebangkitannya adalah dengan tubuh secara fisik yang orang akan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan! Sebagai suatu tanda ajaib (Matius 12:38-39), Dia bangkit dari ubur dalam kedua cara yang diuraikan diatas. Tubuhnya yang dibangkitkan memiliki daging dan tulang juga (Lukas 24:39), tapi selain itu Yesus juga dapat berjalan menembus pintu yang terkunci (Yohanes 20:26)! Pemikiran ini sesuai dengan pandangan umum, "bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. (1 Korintus 15:3-5)
Argumen mereka didasarkan pada ayat-ayat berikut ini: Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! (Matius 12:38-41)
Cara penghitungan seperti ini, bagian hari dihitung sebagai satu hari penuh ditemukan dalam bagian lain dari Alkitab: "...'Tuan', kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga...' " (Matius 27:63-64) Disini kita melihat bahwa kata-kata "tiga hari" dan "sampai hari ketiga" digunakan secara bergantian karena memiliki arti yang sama! Contoh lain bisa dilihat pada Kejadian 42:17-20 ketika Jusuf memasukkan saudara-saudaranya dalam kurungan "selama tiga hari" dan melepaskan semuanya kecuali satu "pada hari ketiga". Kedua perkataan ini digunakan saling ganti karena menyatakan kebenaran yang sama. Kata-kata "tiga hari dan tiga malam" dimana seorang Mesir tidak makan maupun minum dalam 1 Samuel 30:12 dijelaskan dalam ayat 13 samadengan "tiga hari". Dalam Ester 4:16, seorang Yahudi, termasuk Ester memutuskan untuk berpuasa selama "tiga hari, malam dan siang". Bab 5:1-6 memperjelas bahwa mereka buka puasa "pada hari ketiga" karena itulah yang sebenarnya dimaksud dengan "tiga hari dan tiga malam"! Ketika Yesus berkata tentang kematian-Nya dikayu salib dan kebangkitan-Nya seperti pada Yunus, Yesus hendak mengatakan kebenaran utama berikut ini: Dengan cara yang sama seperti Yunus dipulihkan dari apa yang umumnya dialami seseorang menuju kematian (ditelan ikan raksasa selama tiga hari) Yesus juga akan bangkit setelah tiga hari dari keadaan yang lazimnya tidak seorangpun bisa selamat, yaitu kematian! Yesus menyamakan apa yang akan terjadi pada-Nya dengan cerita Yunus yang juga berkaitan dengan faktor waktu yakni tiga hari. Karena kita seharusnya tidak menangkap segala sesuatunya secara harfiah pada situasi yang satu dengan situasi yang lain, fakta bahwa Yunus hidup dalam perut ikan tidak dapat dikatakan sebagai bukti bahwa Yesus harus juga hidup dalam penyaliban yang dialami-Nya. Argumen cara ini akan membawa kita kepada masalah besar karena kita akan coba terapkan bagian lain dari cerita Yunus pada apa yang terjadi pada Yesus. Hal ini tidak mungkin karena Yunus tidak mematuhi Allah, sedangkan Yesus sebaliknya, Yunus ditelan ikan besar, sedangkan Yesus tidak, dst. Cara yang sama seperti ini menggunakan perbandingan untuk menjelaskan satu kebenaran utama dapat dilihat dalam bagian lain dari Alkitab: "Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia." (Matius 24:27) Apa yang dialami Yunus harus dipelajari dalam konteks yang luas. Disamping itu banyak ayat denga jelas menyebutkan kematian dan kebangkitan Yesus seperti pada Yohanes 2 ayat 18-22: Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. (Yohanes 2:18-22) Disini, Yesus kembali ditanya tentang tanda ajaib dan Dia mengulangi bahwa mereka akan melihatnya pada kebangkitan-Nya dari kematian setelah tiga hari! Namun kali ini Dia jelas menyebut bahwa mereka akan merusak bait Allah yang berarti mereka akan membunuh-Nya! Bukannya tidak biasanya Yesus menyatakan kebenaran seperti ini (seperti yang dialami Yunus) namun dalam cara yang berbeda dengan penekanan yang sedikit lain (tentang kematian-Nya ditekankan juga disini). Contoh lain tentang metode pengajaran seperti ini, baca Matius 13:24-30 dan bandingkan dengan ayat-ayat pada 47-50 atau 13:44-46.
Dr. Hasan M. Baagil mengembangkan kasusnya semata-mata pada dua bagian:
Muslim seperti Ahmad Deedat (lihat "Crucifixion or Crucifiction?"/Penyaliban atau Salib fiksi), H.M Bageel (lihat "Christian Muslim Dialogue"/Dialog Kristen Muslim) dan Ahmadiyyas memberi arti baru pada sejumlah ayat Alkitab/Bible tentang kematian dan kebangkitan. Mereka hendak meyakinkan para pembacanya bahwa Yesus selamat dari penyaliban karena Dia hanya pingsan dan kemudian ketika kedinginan dalam kubur, Dia siuman. Dengan mengatakan seperti itu mereka sebenarnya mengkonfirmasi bahwa Yesus telah disalibkan kendati Surah 4, Al-Nisa, ayat 157 secara tradisional menafsirkan bahwa Yesus tidak disalibkan:
Mengutip perkataan dalam Al Qur'an "tidak (pula) menyalibnya" berarti Yesus tidak mati sebagai akibat dari penyaliban. Dengan kata lain disalibkan artinya dibunuh, jelas menjadi salah. Dalam Kisah Para Rasul 2:23 kita baca kata-kata "salibkan" (=memaku pada salib) dan "bunuh". Jika tidak demikian kenapa Petrus mendapat ilham dari Allah untuk menulis sbb:
Jika kata-kata "memaku pada salib" berarti sama dengan "mati" tidak akan ada perlunya satu dengan yang lain!
H.M Baagil dan yang lain merujuk argumen tersebut pada Yohanes 19:32-34. Agar pembaca memahami bagaimana mereka menyimpulkan issu ini menyimpang dari konteks sebenarnya, perlu dibaca ayat 31-37.
Ayat 33 menyatakan bahwa prajurit Romawi menemukan Yesus telah mati. Markus 13:33-37 mencatat bahwa Yesus mati sekitar jam 3 sore pada hari Jumat sore. TubuhNya diturunkan sebelum matahari terbenam (lihat Markus 15:42-47) yang biasanya terjadi sekitar jam 6 sore pada musim semi ketika penyaliban terjadi. Jadi ada sekitar dua jam berlalu setelah tubuh Yesus ditikam dengan tombak. Waktu sebanyak ini tidak cukup bagi darah orang mati untuk membeku. Kata Yunani yang disebut pada ayat 34 bahwa darah dan air mengalir, secara harfiah diterjemahkan sebagai "keluar". Ini menunjukkan bahwa lambung Yesus yang ditikam itu terjadi tidak lama setelah Yesus mati. Pada tahun 1986 jurnal yang terkenal di dunia "Journal of the American Medical Association" (Vol 255, No.11, hal 1455-1463, Maret 21) menerbitkan sebuah artikel berjudul, "Kematian fisik Yesus Kristus" (On the Physical Death of Jesus Christ) oleh William. D. Edwards, MD, seorang ahli patologi. William menulis sbb:
Dengan demikian, air tersebut barangkali menggambarkan cairan pleural dan pericardial dan akan telah mendahului aliran darah dan lebih kecil jumlahnya dibanding dengan darah. Barangkali dalam pembentukan hypovolemia dan kegagalan jantung yang akut, effusi pleural dan pericardial bisa terjadi dan menambah volume air yang ada. Sebaliknya, darah bisa berasal dari atrium kanan atau ventricle kanan atau mungkin dari hemopericardium..Karenanya, tafsiran berdasarkan asumsi bahwa Yesus tidak mati di kayu salib kelihatannya bertentangan dengan pengetahuan medis modern." (Hal. 1462-1463)...Kematian utamanya disebabkan oleh shock hypovolemic dan sesak napas oleh kelelahan. Kematian Yesus diyakinkan oleh tikaman prajurit kelambung-Nya. Tafsiran medis modern atas bukti historis menunjukkan bahwa Yesus telah mati ketika diturunkan dari kayu salib." (Hl. 1455)
Tatkala dibaca dalam konteksnya, Hosea 6:6 dan semua bagian-bagian lain yang sama dengan itu (1 Samuel 15:22, Yesaya 1:11-17, Mika 6:8, Mazmur 4);6-9, Matius 9:13, 12:7) menunjukkan dengan jelas bahwa Allah tidak menentang kurban itu sendiri. Dia hanya menolak kurban yang diberikan oleh mereka yang tidak setia pada kehendak-Nya. Itu sama sekali tidak diterima-Nya. Itu seperti mereka yang pergi sembahyang ke mesjid pada hari Jum'at tapi dalam minggu itu mereka melakukan dosa. Allah tidak akan pernah senang dengan kunjungan mereka ke mesjid dalam situasi seprti ini.
Benar bahwa setiap orang beratanggung jawab atas dosa-dosanya. Seorang yang berdosa tidak dapat menggantikan tempat orang lain yang berdosa dan minta Allah menghukum dirinya sebagai ganti ganti orang lain tersebut. Namun, Yesus adalah orang yang tidak berdosa yang dengan demikian dapat menanggung dosa kita dan dihukum sebagai ganti kita. Berbeda dari siapapun, Yesus tidak berdosa sejak dilahirkan. (Surah 19, Maryam, ayat 19, Ibrani 4:15). Kebenaran ini dikonfirmasikan oleh Hadits berikut ini: "Setan menyentuh semua anak pada lahirnya kecuali Yesus" (Bukhari, Volume 6 hal.54)
Kenapa Allah tidak mengambil tindakan yang mudah dengan mengampuni saja manusia ketika dia melakukan dosa? Barangkali ini adalah pertanyaan paling penting. Jika kita dapat memahami kenapa Yesus harus mati akan mudah juga bagi kita mempercayai Dia. Alkitab/Bible (Imamat 11:45) dan Al Qur'an (Surah 59, Al Hashr, ayat 23) mengatakan kepada kita bahwa Allah itu suci adanya. Artinya Dia terpisah sama sekali dari segala sesuatu yang tidak bersih, buruk dan hipokrit, dengan kata lain dari segala sesuatu yang mengandung dosa. Baik Alkitab/Bible (Yesaya 59:1-2) dan Al Qur'an (Surah 2, Albaqarah, ayat 35-36) mengatakan bahwa dosa memisahkan manusia dari Allah. Karena itu, dosa tidak sekedar kesalahan kecil akan tetapi sesuatu yang tak dapat ditolerir dalam pandangan Allah.! Alasan lain kenapa dosa harus ditanggapi serius adalah karena Allah itu adil (Ulangan 32:4, Surah 95, Al Tin, ayat 8). Dia menghukum setiap mereka yang salah dan memberi upah bagi mereka yang melakukan kebenaran. Namun Allah tidak menghukum semata-mata atas perbuatan baik dan jahat yang kita lakukan (Roma 3:23-24, Surah 35, Fatir, ayat 45). Dia sangat mengasihi kita (Yoh 3:16) sehingga oleh kemurahanNya, Dia memilih mengampuni dosa-dosa kita. Akan tetapi jika Dia mengampuni dosa kita tanpa hukuman maka pengampunan yang diberikan-Nya menjadi tidak adil.! Itulah sebabnya mengapa Allah menyatakan diri-Nya dalam diri Yesus dan mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita. Dalam Yesus, Allah memenuhi persyaratan keadilan dan kasih-Nya! Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan kita, untuk dosa-dosa kita. Dalam kitab Ulangan 21:23 dikatakan, setiap orang yang tergantung pada tiang kayu adalah orang berdosa dan terkutuk oleh Allah. Galatia 3:13 menguraikan bahwa Yesus, yang diri-Nya tidak berdosa menjadi kutuk karena kita dan menebus dosa kita. Setelah membayar hukuman atas dosa melalui kematian-Nya, Yesus bangkit lagi. Dengan demikian kematian dan kebangkitan Yesus menjadi sangat penting bagi orang Kristen! Ilustrasi berikut bisa membantu memahami hal itu:
Suatu hari anaknya sendiri, yang sangat dikasihinya melakukan kejahatan besar. Hukumannya jelas, pelaku seperti anaknya akan menghadapi hukuman berupa denda yang demikian besar yang walau bekerja seumur hidup tidak akan cukup membayarnya. Hakim yang adil itu tentu tidak bisa merubah hukum hanya karena yang bersalah adalah anaknya sendiri. Jika itu dilakukannya dia menjadi tidak adil dan memihak. Dia memutuskan bahwa anaknya juga bersalah, tapi tatkala dia memaklumkan hukuman, dia menawarkan diri membayar denda tersebut karena kasihnya pada anaknya itu. Dengan cara itu, dia tidak saja dapat memenuhi keadilan yang ditetapkannya tetapi juga memenuhi memenuhi perasaan kasih pada anaknya yang tidak setia itu. Dengan sedih anaknya menyesali kejahatannya dan dengan rendah hati menerima tawaran ayahnya. Kejadian ini merubah hidupnya sepenuhnya dan memutuskan untuk mengasihi dan melayani ayahnya selama-lamanya. Dengan melakukan ini tentu saja dia tidak pernah akan dapat membayar kembali denda hukuman yang besar itu. Tidak, dia merubah cara hidupnya untuk menunjukkan rasa terima kasihnya yang besar kepada ayahnya yang pengasih itu. Raja dalam ilustrasi ini adalah simbol Allah, kerajaan adalah dunia ini. Hukumnya adalah kitab suci, anak Raja adalah semua umat manusia dan kejahatan yang dilakukan anak Raja adalah dosa. Besarnya denda merupakan hukuman atas dosa yang tak terpisahkan dari Allah yang kudus. Raja yang menggantikan tempat anaknya dan membayar denda untuk anaknya menggambarkan apa yang telah dilakukan Allah kepada semua umat manusia dalam diri Yesus. Dia membayar hukuman dosa dengan mati di kayu salib untuk kita. Akhirnya, perubahan total yang terjadi dalam hidup anak Raja itu menggambarkan kehidupan baru seorang Kristen. Dengan iman melalui doa pengampunan dia menerima apa yang telah Yesus lakukan pada dirinya. Dia percaya bahwa Yesus mengambil hukuman atas dosa manusia. Hanya melalui rasa terima kasih dia mulai mengasihi dan melayani Allah, bukan karena dia merasa dia dapat meraih tempat di Surga dengan melakukan perbuatan baik. Apapun yang dilakukan oleh orang Kristen yang lahir baru akan dimotivasi oleh kasih kepada Orang yang telah menyelamatkannya dari hukuman yang mengerikan! Beberapa orang Muslim bisa menolak ilustrasi diatas dengan mengatakan bahwa atribut Allah atas keadilan dan pengampunan tidak dapat dipahami atau dimengerti, itu sama sekali berbeda dari konsep manusia. Benar bahwa atribut Allah berbeda dari kita, tetapi perbedaan itu hanya menyangkut kesempurnaannya daripada definisinya. Dalam pengertian karakteristik Allah yang sangat berbeda dari pemahaman kita, lalu nama-Nya yang sembilan puluh sembilan yang menjelaskan akan menjadi tidak berarti! Lagipula, Allah sendiri menggunakan ilustrasi sebagaimana tertulis dalam Al Qur'an: Surah 13, Ar-Ra'd, ayat 16-17 yang berkata: "Demikianlah Allah membuat perumpamaan..." (Lihat juga Surah 16, An Nahl, ayat 75-76) Seorang Muslim baru-baru ini bertanya: "Alkitab/Bible berkata bahwa Allah mengorbankan anak-Nya, akan tetapi kita juga membaca bahwa Yesus dibangkitkan kembali dan duduk disebelah kanan Allah. Bila Anda mengurbankan sesuatu, Anda tidak mengambilnya kembali 3 hari kemudian, apakah ini bukan kontradiksi?" Alasan kenapa Yesus, kurban yang sempurna itu dibangkitkan menjadi hidup kembali pada hari ketiga ditemukan pada kata "sempurna". Kurban binatang tidak sempurna, mereka menunjuk pada yang sempurna saja. Itulah sebabnya kenapa kurban binatang itu harus diberikan berulangkali. Itu juga yang menjadi alasan kenapa binatang-binatang itu tidak dibangkitkan untuk hidup kembali. Namun, Kristus, yang sempurna dan tidak berdosa hanya akan mati sekali. Karena Dia membayar hukuman atas dosa, yaitu kematian oleh kematian-Nya maka kematian atau maut itu tidak lagi menjadi sebuah realita! Itulah sebab yang tepat kenapa Allah membangkitkan Yesus kembali untuk hidup. Kebenaran ini dapat dibaca pada 1 Korintus 15:54-57:
"Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." Kematian yang datang oleh karena dosa dikalahkan oleh Yesus! Karena itu, Dia sebagai hasil yang pertama telah dibangkitkan menjadi hidup. Mereka yang percaya pada pengurbanan-Nya yang sempurna akan mengikuti contoh yang ditunjukkan-Nya pada saat mereka mati secara fisik. Ayat-ayat berikut ini kembali dikutip dari 1 Korintus 15 mengabarkan berita baik ini
"Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:9-11) "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?" (Roma 6:12-16) Wow! Betapa hebatnya berita ini! Bahwa Kristus dibangkitakan untuk hidup kembali setelah mati sebagai kurban untuk kita bukanlah kontradiksi. Oleh karena bagi-Nya kematian tidak ada lagi, tidak ada yang bisa menjadi kontradiksi atas diri-Nya yang dibangkitkan untuk hidup! Bolehkah saya sarankan agar Anda membaca ayat-ayat yang disebutkan dalam konteksnya yang luas dalam keseluruhan Injil. Saya yakin Anda akan diberkati karenanya. Anda dapat menghubungi kami jika Anda menginginkan kitab Injil secara gratis atau kursus korespondensi kita suci. Isi diatas ditulis dan disediakan oleh Abdullah Ibrahim |
|
|